JAKARTA, KOMPAS.com – Spekulasi mengenai kesanggupan Jakarta membangun “supertall” atau gedung pencakar langit di atas 300 meter tampaknya akan segera berhenti. Pasalnya, The Council on Tall Buildings and Urban Habitat (konsili bangunan tinggi dan perkotaan) bakal menggelar presentasi menarik tentang bangunan tertinggi di Indonesia yakni Signature Tower.
Dan yang terpenting apakah ruang yang akan disewakan di dalamnya akan terserap pasar pada saat bangunan itu jadi.
— Arief Rahardjo
Presentasi ini akan berlangsung pada 5 Juli mendatang di situs proyek Signature Tower, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta. Hadir dalam acara ini Direktur Eksekutif The Council on Tall Buildings and Urban Habit, Antony Wood dan Perwakilan Senior Signature Tower.
Tema presentasi berjudul “Indonesia and The Global Movements in Tall: Trends, Challenges”, ditekankan pada tren global gedung-gedung pencakar langit dan implikasinya bagi Indonesia.
Membangun “supertall” memang bukan perkara mudah. Bukan pula seperti membalik telapak tangan laiknya legenda-legenda yang biasa diceritakan di bangku sekolah. Ada banyak hal yang membuat realisasi “supertall” menjadi sangat kompleks. Biaya adalah salah satu unsur penting yang besar pengaruhnya terhadap kelancaran pembangunan.
Jika dana yang dialokasikan mencukupi, maka desain arsitektural seaneh, seunik, dan setinggi apa pun bisa diwujudkan. Dengan kata lain, semakin tinggi dan “out of the box” sebuah bangunan, akan kian membengkak pula kebutuhan dananya. Di Jakarta saja saat ini ongkos konstruksi sudah berada pada angka 800 dollar AS per meter persegi atau senilai Rp 7,7 juta.
Mudah dimafhumi jika beberapa pencakar langit di Jakarta yang telanjur dilansir beberapa waktu lalu, seperti Jakarta Tower, BUMN Tower/Khatulistiwa Tower, dan teranyar Signature Tower (Dhanayasa Arthatama) harus mengalami tarik ulur. Entah karena desainnya yang harus direvisi atau juga karena kekurangan “amunisi” tadi.
Nah, bagaimana dengan Signature Tower?
Sebenarnya, menurut Head of Research and Advisory Cushman and Wakefield Arief Rahardjo, tinggi dan rendahnya sebuah bangunan dampak signifikannya hanya terjadi pada desain arsitektural dan struktur yang memengaruhi efisiensi floorplate-nya. “Dan yang terpenting apakah ruang yang akan disewakan di dalamnya akan terserap pasar pada saat bangunan itu jadi. Untuk Signature Tower yang dalam satu bangunan akan terbagi-bagi dalam beberapa peruntukan (perkantoran, ritel dan hotel), sebenarnya mempunyai kans terserap pasar karena luas bangunannya tidak terlalu besar. Dalam keadaan pasar seperti saat ini harusnya akan terserap dengan baik,” ujar Arief.
Source : http://properti.kompas.com/read/2013/06/05/15450480/.Signature.Tower.Dibicarakan.Dunia