Kawasan bisnis terpadu, CBD Sudirman, Jakarta Pusat.
JAKARTA, KOMPAS.com – Bukan Jl MH Thamrin. Bukan pula Jl Jendral Gatot Subroto atau Jl HR Rasuna Said. Lokasi bisnis nomor satu di Jakarta, bahkan di Indonesia, adalah kawasan bisnis terpadu atau central business district (CBD) Sudirman.
Betapa tidak, harga pasar untuk lahan dan propertinya merupakan termahal, dan paling diincar. Tidak saja oleh para investor, dan pengembang papan atas nasional, melainkan juga asal mancanegara.
Tidak keliru bila Vice President Director Sahid Group, Haryadi B Sukamdani mengungkapkan harga pasar lahan di Jl Jenderal Sudirman yang hanya sepelemparan tombak dari CBD Sudirman saja saat ini sudah menembus angka Rp 120 juta meter persegi.
“Untungnya, kami sudah memiliki lahan di kawasan premium ini sejak lama. Dengan luas lahan 5,5 hektar, kami bisa mengembangkan superblok Sahid City. Sekarang, dengan harga lahan selangit, sudah tak mungkin lagi nyari, karena barangnya tidak ada. Kalau pun ada sudah mencapai Rp 120 juta per meter persegi,” papar Haryadi kepada Kompas.com, Sabtu (14/3/2015).
Semahal apa harga pasar lahan di CBD Sudirman?
Member Broker Century21 Indonesia, Ali Hanafia, mengatakan, harga pasar lahan di CBD Sudirman sekitar Rp 260 juta hingga Rp 300 juta per meter persegi. Transaksi terakhir terjadi pada tahun 2010, saat naga properti asal Hongkong, Li Ka-shing, membeli lahan di kawasan superblok yang dikembangkan PT Danayasa Arthatama seluas 1 hektar.
“Mereka membeli dengan nilai 20.000 dollar AS per meter persegi. Saat itu kurs dollar AS masih Rp 10.000. Itu artinya Li Ka-shing membayar Rp 200 juta per meter persegi atau total Rp 2 triliun,” tutur Ali saat dihubungi Kompas.com, Ahad (15/3/2015).
Ali menambahkan, lokasi lahan yang dibeli taipan terkaya Tiongkok pendiri Cheung Kong Holdings tersebut, berada di sebelah Driving Range CBD Sudirman, atau persis di depan proyek District 8 dan Langham Hotel.
“Mereka akan membangun perkantoran premium,” cetus Ali.
Sementara untuk harga properti di CBD Sudirman, menurut Ali sudah berada pada level Rp 80 juta hingga Rp 100 juta per meter persegi. Saat Ali memasarkan perkantoran District 8 dua tahun lalu, harga transaksi mencapai Rp 60 juta-Rp 70 juta per meter persegi. Sedangkan untuk apartemen Langham sekitar Rp 71 juta-Rp 72 juta per meter persegi.
Dengan demikian, kata Ali, kawasan CBD Sudirman tetap menjadi alamat nomor satu di Indonesia. Selain paling mahal, juga prestisius, dan paling strategis karena bisa diakses dari berbagai arah.
“Perusahaan-perusahaan multinasional berkantor di sini. Ada dari sektor perbankan, teknologi informasi, konsultan, bahkan ritel dan hotel papan atas terkonsentrasi di sini. Misalnya saja The Ritz-Carlton, Galleries Lafayette, Hermes, dan lain-lain,” sebut Ali.
Tempat kedua termahal adalah Jl MH Thamrin sisi kanan menuju kawasan Menteng. Menurut Ali, harga pasar lahan di sini sekitar Rp 100 juta hingga Rp 150 juta per meter persegi. Sedangkan di Jl HR Rasuna Said, yang masih menjadi bagian dari Segi Tiga Emas, sekitar Rp 60 juta-Rp 70 juta per meter persegi.
Tingginya harga pasar di kawasan-kawasan premium tersebut, lanjut Ali, karena pasokannya langka. Di sisi lain, peminat membeludak. Terlebih Jakarta menawarkan pertumbuhan investasi tertinggi sektor properti di antara sesama negara Asia.