Hingga saat ini, di areal TWNC terdapat 31 harimau yang hidup liar dan 9 harimau di Pusat Rehabilitasi
Petir, seekor harimau sumatra yang dilepasliarkan di TNWC di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. (Dwi Oblo/National Geographic Indonesia)
Pagi-pagi, mendung menggantung di langit Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. Hari ini Selasa, (3/3) dua harimau sumatra, Panti dan Petir akan kembali melakoni kehidupan liar.
Keduanya merupakan induk dan anak yang telah siap dilepasliarkan setelah melewati rehabilitasi dan perawatan di Pusat Rehabilitasi Harimau Tambling Wildlife Nature Conservation.
Panti sudah pernah dilepasliarkan pada 2011, namun ia kembali terpantau di sekitar areal Pusat Rehabilitasi. Ia rupanya menderita luka di bagian kakinya. Tim TWNC akhirnya kembali merawat Panti. Baru beberapa minggu perawatan, harimau pindahan dari Aceh ini telah bunting. Di Pusat Rehabilitasi, Oktober 2011 Panti melahirkan tiga anak: Petir, Bintang dan Topan. Lantaran tumbuh cepat dan terampil, Petir akhirnya dilepasliarkan bersama induknya, Panti.
Pagi ini, Panti dan Petir telah berada di kandang pelepasan. Tim dari Taman Safari Indonesia menutupi kandang pelepasab dengan dedaunan. Di sudut lain, dua elang ular bido juga siap menghirup udara segar. Hujan rintik-rintik; rerumputan basah; dedaunan mengilap.
Panti dan Petir kira-kira selama tiga hari terakhir ini sengaja tidak diberi makan. Beberapa ekor babi hutan dilepas untuk memancing Panti dan Petir ke luar kandang dan melesat ke dalam hutan. Setelah hidup bebas, diharapkan keduanya akan menembus hutan dan mencari mangsa. Di leher keduanya terpasang GPS collar atau kalung GPS yang akan memantau pergerakan Panti dan Petir.
Dokter hewan TSI Bongot Hasua Mulia menyatakan GPS collar bukan untuk sistem peringatan dini keberadaan Petir dan Panti. Tapi, tutur Bongot, untuk memantau daerah jelajahnya.
Selama sehari kalung GPS akan memancarkan sinyal selama tiga kali. “Kalau posisi Petir dan Panti terhalang, sinyal akan disimpan dan baru diterima setalah 72 jam,” ungkap Bongot.
Dia menuturkan bahwa dilepasnya Panti, harimau dari Aceh ini, akan memperkaya genetik harimaubyang hidup di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Apalagi Petir adalah hasil perkawinan Panti dengan jantan liar di Bukit Barisan Selatan.
Sebagai satwa pemangsa puncak, Panti dan Petir akan memutar rantai makanan di alam. Rantai makanan akan berputar terus sehingga mengendalikan populasi mamalia besar dan kecil.
Di sekitar lokasi pelepasan, yang disebut Pati 2, dekat pantai di mulut Selat Sunda, kawanan rusa sambar dan kerbau liar kerap berkeliaran. Selain diperiksa kesehatannya, menurut Ardi Bayu Firmansyah staf konservasi TWNC, habitatnya juga disurvei. “Semua satwa liar membutuhkan pakan, air, tempat berlindung dan kawin.” Seluruh kebutuhan itu disurvei dan dinilai.
Hingga saat ini, di areal TWNC terdapat 31 harimau yang hidup liar dan 9 harimau di Pusat Rehabilitasi. Setelah Panti dan Petir, akan tersisa 7 harimau yang direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi.
(Agus Prijono, dari Tambling Wildlife Nature Conservation, Lampung)
Source: http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/03/panti-dan-petir-bersiap-lepas-liar